Beranda | Artikel
Mengajari dan Membimbing Kaum Wanita
Selasa, 5 April 2022

BAB II
HAK-HAK ISTERI ATAS SUAMINYA

Pasal 9
Mengajari dan Membimbing Kaum Wanita

Dari Hindun binti al-Harits al-Firasiyah bahwa Ummu Salamah, isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjaga pada suatu malam dalam keadaan takut seraya berucap:

سُبْحَانَ اللهِ، مَاذَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ الْخَزَائِنِ؟ وَمَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْفِتَنِ؟ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ يُرِيدُ أَزْوَاجَهُ لِكَيْ يُصَلِّينَ، رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي اْلآخِرَةِ.

Mahasuci Allah. Apa yang diturunkan Allah dari khazain (perbendaharaan)? Dan fitnah apa pula yang diturunkan? Ba-rangsiapa yang membangunkan orang-orang yang berada di dalam kamar -yang beliau maksudkan adalah isteri-isterinya agar mengerjakan shalat- berapa banyak wanita yang berpakaian di dunia ini akan telanjang bulat di akhirat kelak.’” [HR. Al-Bukhari].

Dari Juwairiyah Radhiyallahu anha, Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sisinya pada Shubuh ketika mengerjakan shalat Shubuh, sedang dia (Juwairiyah) berada di masjidnya. Kemudian beliau pulang kembali setelah menjelang siang, sedang dia (Juwairiyah) dalam keadaan duduk, maka beliau berkata, “Engkau masih dalam posisimu seperti aku tinggalkan tadi?”

Dia menjawab, “Ya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Telah aku katakan setelahmu empat kalimat sebanyak tiga kali. Seandainya ditimbang dengan apa yang engkau katakan sejak pagi ini, niscaya engkau akan mengimbanginya:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ.

Mahasuci Allah dengan segala puji-Nya sebanyak jumlah makhluk-Nya, sesuai keridhaan diri-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Nya.’” [HR. Muslim].

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang dari suatu perjalanan sedang aku telah menutup ventilasi jendela dengan kain yang di dalamnya terdapat gambar. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, wajah beliau menjadi memerah seraya berkata:

يَا عَائِشَةُ، أَشَدُّ الـنَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَـةِ، الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللهِِ.

Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya orang yang paling keras adzabnya di sisi Allah pada hari Kiamat kelak adalah orang-orang yang menandingi ciptaan Allah.’

‘Aisyah berkata, ‘Kemudian aku potong kain tersebut menjadi satu atau dua sarung bantal.’”-ed [Muttafaq ‘alaih].

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Ada serombongan orang-orang Yahudi masuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berucap: ‘Assaam ‘alaikum (semoga kebinasaan mengenai kalian).’

Dan ‘Aisyah memahami kalimat tersebut. Maka aku katakan, ‘‘Alaikumus saam wal la’nah (semoga kebinasaan dan laknat mengenai kalian).’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَهْلاً يَا عَائِشَةُ، إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي اْلأَمْرِ كُلِّهِ.

Perlahanlah, wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam segala urusan.

Lalu kukatakan, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ.

Sesungguhnya aku telah menjawab, ‘Wa’alaikum (dan juga atas kalian).’” [HR. Al-Bukhari].

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, “Pernah kukatakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Cukuplah engkau begini dan begitu terhadap Shafiyah.’ -Ghairu Musaddad mengatakan, ‘Yang dimaksudkannya adalah pengurangan (perhatian).-’ Maka beliau bersabda:

لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ.

Sesungguhnya engkau telah mengatakan kalimat yang jika dicampur dengan air laut, niscaya ia akan mendominasi warnanya.’”

‘Aisyah berkata, “Lalu aku sampaikan kepada beliau cerita tentang seseorang.” Maka beliau bersabda:

أَنِّي حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَأَنَّ لِي كَذَا وَكَذَا.

Aku tidak ingin menceritakan seseorang sedang aku memiliki ini dan itu.” [HR. Abu Dawud dengan sanad shahih].[1]

Dari Juwairiyah binti al-Harits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemuinya pada hari Jum’at sedang dia dalam keadaan berpuasa, maka beliau bertanya,

“Apakah engkau kemarin berpuasa?” “Tidak,” jawabnya. Beliau bertanya, “Apakah engkau hendak berpuasa besok?”Dia menjawab, “Tidak.” Beliau pun berkata, “Kalau begitu, berbuka saja (tidak berpuasa).” [HR. Al-Bukhari].

Dari Ummul Mukminin, Maimunah binti al-Harits Radhiyallahu anha, bahwasanya dia pernah memerdekakan seorang budak dan tidak minta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ketika hari gilirannya tiba, dia berkata, “Apakah engkau merasa, wahai Rasulullah, kalau aku telah memerdekakan budakku?” Beliau menjawab, “Apakah engkau telah melakukannya?” Dia menjawab, “Sudah.” Beliau bersabda:

أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ ِلأَجْرِكِ.

Seandainya saja engkau memberikannya kepada pamanmu, niscaya pahalamu akan lebih besar.” [Muttafaq ‘alaih].

[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]
______
Footnote
[1] Hadits ini terdapat di dalam ash-Shahiih al-Musnad mimmaa Laisa fii ash-Sha-hiihain (II/487).


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/54409-mengajari-dan-membimbing-kaum-wanita.html